Kamis, 11 Agustus 2016

Laba tumbuh 5,6%, DPUM tetap gencar ekspansi

Sumber: kontan

PT Dua Putra Utama Makmur Tbk / DPUM berhasil mengantongi laba Rp 32,3 miliar pada akhir semester I 2016. Pencapaian ini naik 5,6% dibandingkan periode sama tahun lalu hanya Rp 30,6 miliar.
 
Berdasarkan keterbukaan, kenaikan laba karena pendapatan naik 36 % menjadi Rp 377,6 miliar dari semester I tahun lalu Rp 277,3 miliar. Kontribusi pendapatan terbesar dari jualan ikan dan produk pengolahan 85% atau Rp 323,9 miliar, sedang penjualan produk udang dan olahanya 15% atau Rp 53,7 miliar.
 
Direktur Keuangan DPUM Indra Apriyadi mengatakan penjualan masih dalam jalur yang direncanakan. Manajemen optimistis hingga akhir tahun penjualan bisa menyentuh angka sekitar Rp 1 triliun karena terdorong ekspansi perusahaan yang sangat gencar.
 
Adapun laba bersih perusahaan juga dibidik diangka sekitar Rp 130 miliar. ”Kita masih optimistis tercapai, melihat market yang cukup bagus di domestik maupun luar negeri,” kata Indra.
 
Ke depanya DPUM juga berminat untuk menambah negara tujuan ekspor seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi. Indra mengatakan market domestik yang menjadi fokus utama perusahaan, tapi diharapkan pendapatan ekspor bisa memberikan kontribusi hingga 40% diakhir tahun. Saat ini juga sudah mengantongi izin ekspor ke Amerika dan Australia dan sedang mengurus izin ekspor ke Uni Eropa.

Lihat Ringkasan Kinerja PT Dua Putra Utama Makmur Tbk / DPUM
 
 

Saham Sektor Properti dan Konsumsi Direkomendasikan Beli

Sumber: berita satu

Dihubungi terpisah, analis PT Binaartha Parama Halimas Tansil mengatakan, secara teknikal, saham-saham grup Astra masih tergolong lebih likuid dibandingkan konglomerasi lain. Di antara anak usaha Astra, saham UNTR masih direkomendasikan beli, jika di bawah Rp 16.500. Selain itu, saham ACST juga direkomendasikan beli pada harga Rp 3.400.

Meski tertekan oleh komoditas tambang, kinerja United Tractors bakal tertolong dengan upaya perseroan menggarap proyek konstruksi, melalui Acset Indonusa. “Dalam perjalanan menuju akhir tahun 2016, saham UNTR dan ACST ditargetkan masing-masing sekitar Rp 19.500 dan Rp 3.900,” kata dia.

Dari Grup Sinarmas, kata Halimas, saham BSDE menjadi pilihan lantaran berbagai sentimen yang bakal mendukung sektor properti, seperti potensi dana repatriasi yang mengalir ke properti serta kebijakan suku bunga kredit yang berpeluang memulihkan penjualan.

Saham BSDE direkomendasikan beli saat terjadi koreksi, atau di posisi Rp 2.200. Target saham BSDE dalam perjalanan hingga akhir tahun ini di posisi Rp 2.500.

Senada dengan Grup Sinarmas, lanjut Halimas, saham properti di Grup Lippo seperti LPKR juga menjadi rekomendasi beli lantaran sentimen yang mendukung sektor tersebut. Saham LPKR direkomendasikan beli di harga Rp 1.160 dengan target akhir tahun Rp 1.300.

Dia menerangkan, untuk Grup Salim, saham INDF tetap pilihan menarik untuk jangka panjang, meskipun posisi harga saat ini sudah terbilang mahal. Sebaiknya, investor menunggu harga INDF di posisi Rp 7.800 untuk mengakumulasi beli. Target saham INDF di akhir tahun berada di posisi Rp 8.800.
 
Pada kelompok BUMN, Halimas merekomendasikan saham di sektor tambang seperti ANTM dan PTBA. Hal ini lantaran sentimen dari harga komoditas tambang yang diperkirakan bakal pulih tahun ini, dibanding tahun lalu. Selain itu, saham-saham tambang BUMN ini telah terkoreksi dalam akhir tahun lalu.

“Saham ANTM bisa buy pada harga Rp 800-an dengan target akhir tahun Rp 940, Sedangkan PTBA buy di posisi Rp 9.700 dengan target akhir tahun Rp 12.000,” tuturnya.

Untuk kelompok MNC, menurut Halimas, yang menjadi rekomendasi adalah PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Di antara grup konglomerasi lain, MNC dipandang kuat pada bisnis media dengan strategi pengembangan anak usaha dan efisiensinya. Saham BMTR dapat dibeli pada harga Rp 1.100 dengan target akhir tahun Rp 1.250. (fik/ian)

Lihat Ringkasan Kinerja Acset Indonusa Tbk (ACST)

Lihat Ringkasan Kinerja Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)

Lihat Ringkasan Kinerja Lippo Karawaci Tbk (LPKR)

Lihat Ringkasan Kinerja Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

Lihat Ringkasan Kinerja Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM)

Lihat Ringkasan Kinerja Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)

Lihat Ringkasan Kinerja Global Mediacom Tbk (BMTR)






 

Senin, 08 Agustus 2016

Analis rekomendasikan buy saham PTPP

Sumber: kontan

JAKARTA. PT PP Tbk (PTPP) membukukan laba bersih yang sangat baik pada semester pertama tahun ini yaitu Rp 352 miliar. Pencapaian ini naik hampir 90% dibandingkan realisasi pada periode sama tahun lalu Rp 174,5 miliar. Peningkatan laba bersih ini didorong oleh penjualan yang juga naik 24% menjadi Rp 6,47 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp 3,4 triliun.
 
Pencapaian tersebut adalah merupakan kontribusi seluruh lini bisnis perseroan yang menghasilkan keuntungan bagi perseroan, yaitu konstruksi, properti, EPC, pracetak, peralatan dan investasi.
 
Tiesha Putri analis DBS Vickers dalam risetnya hari Kamis (04/08) lalu mengatakan pertumbuhan pendapatan PTPP yang kuat didorong oleh bisnis konstruksinya. Selain konstruksi, PTPP juga mulai serius jalani bisnis di bidang pembangkit listrik.
 
Emiten konstruksi dan properti ini berencana akan mengerjakan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas mencapai 4.000 megawatt (MW) dalam waktu tiga tahun hingga empat tahun ke depan. Nilai investasinya mencapai US$ 6 miliar. Sementara tahun depan, PTPP membidik proyek PLTU 1.200 MW.
 
Saat ini perusahaan tengah menjalankan delapan proyek pembangkit listrik yang diharapkan bisa beroperasi pada Oktober atau November tahun ini. Salah duanya adalah PLTU di Meulaboh 2x200 MW dan PLTU Jawa Bali 3 berkapasitas 500 MW.

Tiesha mengatakan perusahaan awalnya mengharapkan untuk mengamankan nilai kontrak baru di pembangkit di pertengahan pertama tahun ini yaitu Rp 6 triliun, tetapi baru mendapat kontrak Rp 994 miliar atau 19% dari target setahun penuh kontrak baru yaitu Rp 31 triliun. "Diharapkan akan lebih banyak kontrak pembangkit baru yang masuk dalam 12 bulan berikutnya," kata Tiesha,
 
Untuk lebih fokus di bisnis energi, PTPP rencananya akan membentuk anak usaha PP Energi dengan melakukan penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) pada tahun depan.
 
Lucky Bayu, analis Danareksa Sekuritas mengatakan pembentukan anak usaha tersebut sangat positif karena melihat kinerja anak usaha di bidang properti yaitu PPRO yang cukup baik.
 
"Kinerja PPRO ini merupakan potret PTPP sebagai induk usaha yang memiliki kualitas dan capability untuk mengembangkan anak usaha lainnya," kata Lucky kepada KONTAN, Senin (8/8).
 
Proyek pembangkit yang dijalankan PTPP ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah yang ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang baik dengan percepatan proyek infrastruktur, salah satunya dengan program kelistrikan 35.000 mw.
 
Lucky menambahkan fundamental PTPP yang cukup solid ini mampu membawa perseroan untuk menjalankan lini bisnis yang beragam.
 
Tantangannya adalah persaingan usaha di bidang yang sama terutama emiten pelopor atau lebih dulu terjun di bisnis pembangkit listrik seperti MEDC atau WSKT yang juga memiliki pembangkit. Namun, "Bisnis pembangkit ini termasuk defensif yaitu tidak akan terganggu terhadap dinamika ekonomi," ujar Lucky.
 
Sementara untuk right issue, PTPP akan mengadakan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 23 Agustus mendatang untuk memperoleh persetujuan para pemegang saham.
 
Lalu right issue senilai Rp 2,5 triliun yang didapat dari penyertaan modal negara (PMN) akan digelar tentative pada Oktober mendatang. Dana tersebut rencananya akan digunakan penambahan modal pada proyek jalan tol dan property.
 
Selama setahun ini, PTPP berharap bisa mengantongi kontrak baru Rp 31 triliun. Lucky beranggapan sepertinya perseroan mungkin tidak bisa capai target tersebut. "Rasanya sulit karena waktu kerja tinggal empat bulan lagi, sementara kondisi pasar sudah pasif," tambahnya.
 
Namun, untuk tahun depan Lucky memandang kinerja yang positif dari PTPP karena mungkin PTPP memperoleh proyek-proyek strategis dari pemerintah. Lucky masih merekomendasikan beli dengan target Rp 4.960.
 
Sementara Tiesha menyukai saham PTPP karena track record-nya yang cukup baik dalam mengeksekusi proyek-proyek infrastruktur yang beresiko tinggi.
 
"Kita akan terus memantau kemajuan perseroan dalam bidang pembangkit yang mungkin bisa memberikan penghasilan lebih bagi perseroan," kata Tiesha.
 
Tiesha merekomendasikan beli saham PTPP dengan target Rp 4.600. Sementara Suria Dharma analis Buana Capital juga merekomendasikan beli saham PTPP dengan target Rp 4.800. Pada perdagangan Senin (08/08) harga saham PTPP naik 1,57% menjadi Rp 4.520.
 
 

Minggu, 07 Agustus 2016

IHSG Tumbuh Tinggi

Sumber: Investor Daily

Pertumbuhan ekonomi yang di luar dugaan naik menjadi 5,18% (year on year/yoy) triwulan II-2016 dan perbaikan kondisi ekonomi yang lain seperti inflasi yang turun serta optimism masuknya dana hasil tax amnesty mendorong kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat (5/8) sebesar 0,86% atau 46,38 poin menjadi 5.420,25.
 
Dana asing terus masuk ke Bursa Efek Indonesia dan kemarin mencatatkan net buy saham Rp 1,48 triliun, sehingga akumulasi pembelian bersih dari awal Januari tahun ini hingga kemarin menembus Rp 32,50 triliun. Padahal, tahun lalu, asing mencatatkan net sell (penjualan bersih) Rp 22,58 triliun.
 
Sementara itu, rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia juga menguat 13 poin atau 0,10% menjadi Rp 13.125 per dolar AS pada 5 Agustus 2016, dibanding hari sebelumnya.
 
Analis Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, IHSG sudah semakin dekat untuk mencapai level 5.500. Dia memperkirakan, indeks akan mencapai level tersebut dalam satu hingga dua pekan lagi.
 
Sedangkan Direktur Investasi Manulife Aset Manajemen Indonesia Alvin Pattisahusiwa sebelumnya memproyeksikan, IHSG dapat mencapai 5.500 pada akhir tahun ini, lebih tinggi dari proyeksi Manulife sebelumnya sebesar 5.300. Dia mengatakan, pasar saham saat ini bergerak mendahului pertumbuhan fundamental emiten
 
Analis Binaartha Parama Halimas Tansil mengatakan, pihaknya merekomendasikan beli sejumlah saham unggulan, seperti BBCA, BMRI, BBNI, dan BBRI. Selain itu, saham di sektor consumer goods seperti GGRM dan UNVR juga masih baik untuk dikoleksi.
 
 

Istilah Price Earning Ratio (PER)

Sebelum melanjutkan membahas Price Earning Ratio (PER) sudahkah anda memahami tentang Earning Per Share (EPS) atau Laba Per Saham? Dalam melakukan analisa fundamental suatu perusahaan atau emiten yang sahamnya akan dibeli salah satu yang akan jadi perhatian adalah price earning ratio (PER). Bagaimana menghitung PER ? dan untuk apa kegunaanya?
 
Price earning ratio (PER) adalah perbandingan atau ratio harga saham terhadap laba per sahamnya. Sehingga rumusnya sebagai berikut:
 
Price Earning Ratio (PER) = Harga saham / Laba Per Saham
 
Untuk lebih memudahkan pemahaman kita coba lihat ilustrasi dibawah ini:
 
Harga saham WIKA = Rp 2.600 / lembar
Laba Per Saham = Rp 101,81 / Lembar
 
sehingga kalau kita masukan ke dalam rumus sebagai berikut:
 
Price Earning Ratio (PER) = Rp 2.600 / Rp 101,81
                                            = 25,54 kali
 
artinya harga saham WIKA diperdagangkan dengan PER 25,54 kali Laba Per Sahamnya. Jadi, PER akan dipengaruhi oleh harga saham dan Laba Per Saham.
 
Sampai disini kita sudah membahas bagaimana cara menghitung PER. Pertanyaan berikutnya untuk apa informasi PER ini dihubungkan dengan keputusan untuk membeli atau menjual saham.?
 
Harga saham dibursa berbeda-beda antara satu emiten dengan emiten lain. Contoh PT ABC Tbk harga sahamnya pada hari ini Rp 800 / Lembar, sementara PT DEF Tbk harga sahamnya pada hari yang sama Rp 400 / lembar. Asumsikan kedua perusahaan tersebut berada pada sector yang sama. Pertanyaan mendasarnya apakah saham PT DEF Tbk relative lebih murah dibandingkan PT ABC Tbk.? jawabannya belum tentu. Bisa jadi PT ABC harga sahamnya relative lebih murah dan lebih menarik untuk di beli dibandikan dengan PT DEF Tbk. Disinilah analisa PER akan "bermain" untuk pengambilan keputusan saham mana yang akan dibeli. Mari kita lihat ilustrasinya sebagai berikut:
 
Ilustrasi Perbandingan PER
Dari Ilustrasi diatas diketahu PT ABC Tbk Laba Per Saham nya Rp 90 / Lembar dan harga saham pada hari tersebut Rp 800 / Lembar. Sehingga diperoleh PER nya 8,89 kali. Sementara PT DEF memiliki Laba Per Saham Rp 30 dan harga sahamnya pada hari tersebut Rp 400/lembar. Sehingga diperoleh PERnya 13,33 kali.
 
Dari ilustrasi tersebut jelas PT ABC Tbk akan lebih menarik dibandingkan PT DEF Tbk karena valuasi PER nya lebih murah. Jadi, salah satu untuk menentukan "murah" atau "mahal" suatu saham bukan terletak pada harganya, tetapi berapa valuasi PER nya. Meskipun harga saham PT DEF Tbk lebih rendah dibandingkan harga saham PT ABC Tbk. Jadi analisa PER ini harus ada perbandingannya. Semakin rendah nilai PER, maka semakin menarik saham tersebut.
 
 
 
 
 

Sabtu, 06 Agustus 2016

Istilah Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share atau disingkat EPS dalam bahasa Indonesia disebut Laba Per Saham merupakan total laba / keuntungan dibagi dengan jumlah lembar saham beredar. Sehingga hasilnya pun rupiah per lembah saham.
 
Contoh, Wijaya Karya Tbk (WIKA) membukan laba Rp 200 milyar dengan jumlah saham beredar 1 milyar lembar saham. Berapa EPSnya.?
 
Earning Per Share (EPS) = Laba / Jumlah saham beredar.
                                        = Rp 200 Milyar / 1 Milyar lembar saham
                                        = Rp 200/Lembar saham 
 
Data EPS ini sudah ada dalam Laporan Keuangan perusahaan yang tercatat di bursa.
 
Dari perhitungan EPS diatas mungkin kita bertanya untuk apa kita perlu tahu EPS.?  bukankah dari informasi total laba saja sudah cukup.? sebelum membahas lebih lanjut mengenai EPS ini mari kita lihat ilustrasi dibawah ini.
 
Ilustrasi Total Laba PT ABC Tbk untuk Tahun 2013 - 2015
Dari ilustrasi diatas dapat dilihat:
  • Total Laba PT ABC Tbk naik 50% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013
  • Total Laba PT ABC Tbk naik 100% pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2013

Lantas apakah laba per sahamnya mengalami kenaikan juga. Jawabannya bisa iya bisa juga tidak. seperti dilihat dari rumus menghitung EPS atau Laba per Saham akan dipengaruhi juga oleh jumlah saham yang beredar.  Apakah selama tahu 2013 sampai 2015 ada aksi korporasi yang mempengaruhi jumlah saham yang beredar.? jika iya, maka laba per saham atau EPS pun akan berubah. Contoh aksi korposari yang mempengaruhi jumlah saham beredar :
  • Right Issue atau HMETD
  • Stock Split atau pemecahan saham
  • konversi waran
  • Employee stock ownership plan
  • dsb
adanya aksi korporasi tersebut akan mempengaruhi jumlah saham yang beredar dimana pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil EPS atau Laba Per Sahamnya. Mari kita lanjutkan ilustrasi PT ABC Tbk.
 
Total Laba vs EPS PT ABC Tbk Untuk Tahun 2013-2015
Dari ilustrasi diatas dapat terlihat bahwa:
  • Total Laba PT ABC Tbk naik 50% atau 1,5 kali dari tahun 2013. Tetapi EPS atau Laba Per Sahamnya turun 16,7% dibandingkan tahun 2013.
  • Total Laba PT ABC Tbk naik 100% atau 2 kali dari tahun 2013. Tetapi EPS atau Laba Per Sahamnya hanya naik 11,1% dibandingkan tahun 2013.

Jadi sebagai investor saham atau calon investor saham selalu perhatikan pertumbuhan EPS atau laba per saham. Karena jumlah saham beredar suatu perusahaan atau emiten bisa berubah.

 
 

Deviden Saham

Apa itu deviden saham.? Deviden adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham yang berhak menerimanya yang diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).  Deviden tidak sama dengan laba perusahaan.
 
Misal, Total Bangun Persada Tbk.(TOTL) membukukan laba per saham Rp 56,13 / lembar pada tahun 2015. Hasil RUPS memutuskan untuk membayar deviden kepada pemegang saham sebesar Rp 40 / lembar. Rp 40 / lembar inilah yang disebut deviden.
 
Apakah setiap perusahaan yang membukukan keuntungan / laba selalu membagikan deviden.? jawabanya tidak selalu. Bisa saja tidak membagikan deviden kepada pemegang sahamnya. Pembagian deviden dan besarnya deviden yang akan dibagikan diputuskan dalam RUPS.
 
Ketika perusahaan / emiten mengumumkan akan melakukan pembayaran deviden kepada pemegang sahamnya selalu akan menyertakan Cum deviden dan Ex Deviden. Apa itu cum deviden.? dan apa itu Ex Deviden.?
 
Cum deviden adalah tanggal terakhir dimana pemegang saham tersebut berhak atas deviden.
 
Ex Deviden adalah satu hari setelah tanggal Cum deviden dimana pemegang saham tersebut tidak memiliki hak atas deviden.
 
Contoh, 1 April 2016 Total Bangun Persada Tbk (TOTL) mengumumkan akan membagikan deviden untuk tahun buku 2015 sebesar Rp 40 / lembar kepada pemegang sahamnya dengan Cum Deviden 15 April 2016 dan Ex deviden 16 April 2016 dengan Pay date deviden 1 Mei 2016. Ini artinya setiap orang / Institusi yang memegang saham TOTL sampai dengan 15 April 2016 berhak mendapatkan deviden Rp 40/Lembar yang akan dibayarkan tanggal 1 Mei 2016.  Sementara setiap orang atau Institusi yang memegang saham tanggal 16 April 2016 tidak berhak atas deviden yang akan dibayarkan tanggal 1 Mei 2016.
 
Jadi dari contoh diatas meskipun kita baru membeli saham TOTL tanggal 15 april 2016, maka kita berhak atas deviden tersebut. Baca: Istilah Earning Per Share (EPS) atau Laba Per Saham

 

Scriptless Trading di Bursa Efek Indonesia

Pada tahun 2000 Bursa Efek Indonesia (BEI) melaksanakan perdagangan saham tanpa warkat alias scriptless trading. Jadi, jika anda akan menjadi investor di bursa saham jangan membayangkan anda akan menyimpan sertifikat/warkat saham secara fisik. Lalu apa buktinya saham yang sudah kita beli menjadi milik kita.? Bagaimana juga saham yang kita jual diserahkan ke pembelinya.? bagaimana dengan penyerahan dan penerimaan uang dari jual beli saham yang kita lakukan? Pertanyaan - pertanyaan seperti itu akan ada dipikiran para pemula yang baru ingin memulai investasi di bursa saham.
 
Ketika anda membuka rekening efek di perusahaan sekuritas anda juga sekaligus akan membuka Rekening Dana Investor (RDI) untuk menyimpan uang tunai anda yang akan dipergunakan untuk bertransaksi saham. Rekening Dana Investor ini yang akan anda pergunakan untuk deposit modal, untuk membeli dan menjual saham, dan untuk menarik/withdraw uang dari hasil transaksi saham ke rekening bank anda. sehingga dalam proses ini transaksi jual beli saham akan dilakukan dengan cara mendebit dan mengkredit Rekening Dana Investor anda  secara otomatis oleh perusahaan sekuritas. Sementara rekening efek akan dipergunakan untuk mendebit dan mengkredit jumlah saham anda oleh perusahaan sekuritas.
 
Lantas apa buktinya saham yang kita beli benar-benar dikreditkan oleh perusahaan ke rekening efek nasabah? anda jangan khawatir karena dalam proses ini ada lembaga diluar perusahaan sekuritas yang menjamin pertukaran saham ke tangan pemiliknya yang sah yaitu Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). KSEI inilah yang akan bertugas menyimpan perpindahan saham. Ketika ada kesalahpahaman antara nasabah dan perusahaan mengenai kepemilikan sahamnya, maka data yang terdapat di KSEI yang akan dipakai.
 
Setiap investor yang membuka rekening efek akan mendapatkan kartu AKSES dari KSEI. Jadi mintalah selalu Rekening AKSES melalui perusahaan sekuritas tempat anda membuka rekening efek. Dengan adanya kartu AKSES ini bertransaksi saham menjadi aman, nyaman dan tenang. Investor bias mengecek kepemilikan sahamnya dengan kartu AKSES ini di websitenya KSEI.
 
 
 
 

Kamis, 04 Agustus 2016

Para analis rekomendasikan buy saham KAEF

Sumber: kontan

JAKARTA. Emiten pelat merah PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mencatatkan kinerja yang gemilang pada semester pertama tahun ini. KAEF membukukan pertumbuhan laba bersih 28% dari Rp 77,44 miliar di periode enam bulan pertama tahun lalu menjadi Rp 93,59 miliar.
 
Pencapaian tersebut karena pendapatan bersih dari KAEF juga tumbuh 18% di semester pertama tahun ini Rp 2,49 triliun dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp 2,11 triliun.
 
Dari total pendapatan semester pertama, obat generik berkontribusi cukup besar yaitu Rp 1,17 triliun, lalu diikuti obat over the counter (OTC) Rp 530,3 miliar, dan obat ethical lisensi dan narkotika Rp 467 miliar, serta bahan baku dan alat kesehatan, jasa klinik dan laboratorium klinik.
 
Reza Priyambada, Kepala riset NH Korindo Securities melihat pencapaian KAEF ini sangat bagus di tengah masih adanya anggapan bahwa daya beli masyarakat masih belum membaik terutama di bidang farmasi.
 
Reza menilai kontribusi obat generik dan obat ethical lisensi dan narkotika yang masih cukup besar terhadap total pendapatan KAEF, maka bisa dikatakan kebutuhan akan obat-obat itu tergolong tinggi, "Kita lihat bagus buat perseroan dapat menguasai pasar obat generik dan obat ethical di dalam negeri," ujar Reza kepada KONTAN, Kamis (4/8).
 
Ditambah gerai apotik yang dimiliki KAEF saat ini juga turut membantu perseroan dalam mendistribusikan produknya. Sampai saat ini KAEF memiliki kurang lebih 736 apotek, 332 klinik kesehatan, dan 43 laboratorium.
 
"Kerja sama dengan beberapa rumah sakit untuk menyalurkan obat antibiotiknya juga cukup membantu kinerja perseroan di tahun ini," kata Reza.
 
Lebih lanjut, tahun ini KAEF masih berpeluang untuk membuka beberapa gerai apotek lagi. Reza mengatakan untuk membuka gerai tidak dibutuhkan dana yang terlalu besar. Sentimen lain bagi KAEF di tahun ini adalah ekspansi pembangunan fasilitas pabrik di Banjaran, pabrik garam farmasi tahap kedua, dan pabrik rapit tes pertama, dan pabrik bahan baku obat pertama.
 
Tahun ini KAEF menganggarkan belanja modal sekitar Rp 958 miliar. Sumber pendanaan tersebut berasal dari kas perusahaan, pinjaman bank Rp 1 triliun dan pinjaman medium term notes (MTN) senilai Rp 300 miliar. Sebelumnya, KAEF berencana untuk menerbitkan right issue Rp 1 triliun, tetapi ditunda sampai paruh pertama tahun depan.
 
Dengan rencana pengembangan dan ekspansi yang dilakukan KAEF tahun ini, Reza melihat semuanya akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pendapatan perseroan di masa-masa mendatang.
 
Renaldy Effendy, analis Bahana Securities dalam risetnya pada Rabu (27/7) lalu memprediksi sepanjang tahun 2016, KAEF mampu tumbuh double digit seperti yang sudah terjadi di semester pertama tahun ini.
 
Optimisme berasal dari permintaan domestik yang diprediksi akan tumbuh cukup signifikan seiring dengan kondisi ekonomi yang lebih baik dan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).
 
"Kami masih memprediksi laba bersih per saham bisa tumbuh 11% di tahun ini," kata Renaldy.
 
Sementara rencana pembentukan induk usaha holding badan usaha milik negara (BUMN) farmasi yang masih terus bergulir, Reza melihat efeknya ke KAEF belum terlihat. "Belum jelas juga akhirnya seperti apa," tambahnya.

Yang jelas, ada dan tanpa holding menurut Reza, KAEF masih bisa mengembangkan potensi pangsa pasarnya di obat generik. Misalnya dengan mengakuisisi perusahaan farmasi lain, dan atau penambahan gerai apoteknya. Pengembangan atau ekspansi yang dilakukan perseroan juga tergantung pada dana yang dimiliki KAEF.
 
Reza juga melihat sepertinya pasar memiliki persepsi bahwa dengan pembentukan holding farmasi tersebut, kinerja KAEF bisa lebih efisien dan lebih terpantau.
 
Renaldy memproyeksi hingga akhir tahun KAEF bisa mengantongi pendapatan Rp 5,5 triliun dan laba bersih Rp 277 miliar. Sementara Reza optimis KAEF bisa tumbuh 18-20% sampai akhir tahun untuk pendapatan dan laba bersih.
 
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri merekomendasikan beli saham KAEF dengan target harga Rp 1.700. Lucky Bayu, analis Danareksa Sekuritas merekomendasikan beli dengan target yang sama Rp 1.700.
 
Sementara Reza juga merekomendasikan beli saham KAEF dengan rentang harga Rp 1.680 - Rp 1.700. Pada perdagangan kemarin (4/8) harga saham KAEF naik 5,15% menjadi Rp 1.530.
 
 

Selasa, 02 Agustus 2016

Nih, prediksi analis perdagangan IHSG Rabu besok

Sumber: kontan

JAKARTA. Meski sempat melemah di awal perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil kembali ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa (2/8) naik 11,74 poin atau 0,22% ke level 5.373,32.
 
Indeks berhasil menguat di tengah pelemahan mayoritas bursa utama Asia pasca penurunan suku bunga acuan oleh Reserve Bank of Australia (RBA) sebesar 25 bps ke level terendah 1,5 %.
 
Milka Mutiara analis Phillip Securities mengatakan sentimen positif datang dari harga minyak yang kembali menguat ke level US$ 40.43 per barel setelah menyentuh level terendahnya sejak April di bawah level US$ 40 per barel.
 
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan IHSG hari ini bergerak naik tetapi terbatas. Pergerakan tersebut disebabkan oleh aksi beli asing yang mencapai Rp 2,9 triliun. “Juga laju inflasi pada bulan Juli kemarin yang mencapai 6,9% menjadi sentimen pada IHSG kemarin," kata Hans kepada KONTAN.
 
Hans menambahkan pasar juga tengah menanti hasil pertumbuhan ekonomi di semester dua nanti yang diharapkan bisa mencapai 5,2%. Sementara di kuartal II, pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa mencapai 4,9%.
 
Tasrul analis KDB Daewoo Securities mengatakan hasil optimalisasi indikator Money Flow Index (MFI) sudah berada di support trend line dengan kecenderungan menguat dan indikator Relative Strength Index (RSI) masih cenderung naik dengan volume transaksi tembus rata-rata. "Sehingga diperkirakan potensi kenaikan lebih lanjut masih terlihat di IHSG besok," kata Tasrul kepada KONTAN.
 
Tasrul memprediksi IHSG perdagangan Rabu (3/8) besok masih menguat dengan rentang 5.335-5.401. Sementara, Milka memprediksi IHSG cenderung akan menurun di rentang 5.340-5.400. Lalu Hans memprediksi IHSG akan konsolidasi dengan rentang support: 5.350-5.320 dan resistance: 5.386 - 5.400.
 
Sementara Deky Rahmat Sani, analis NH Korindo Securities memperkirakan pada perdagangan besok, IHSG akan bergerak variatif dengan kecenderungan dibuka melemah mengingat bursa saham Asia yang mayoritas sore ini berada di zona merah serta kembali anjloknya harga minyak mentah dunia.
 
"Namun katalis positif dari domestik sendiri masih menjadi angin segar bagi para pelaku pasar terbukti dari aksi asing yang saat ini sudah beramai-ramai masuk ke Indonesia," kata Deky.
 
Lebih lanjut Deky menjelaskan IHSG besok diperkirakan akan bergerak di dua zona dengan kecenderungan melemah pada saat pembukaan perdagangan sesi I yang perlahan menguat terbatas dengan rentang support 5.350 - 5.328 dan resistance 5.380 - 5.399.
 

Bermodal Rp 600 M, PPRO dongkrak recuring income

Sumber: kontan

Jakarta. PT PP Properti Tbk ( PPRO ) mengejar pendapatan berulang alias recurring income dengan membangun beberapa proyek mal dan hotel. Sinur Linda Gustina, Direktur Komersial dan Hospitality PPRO mengatakan, manajemen menyiapkan investasi sebesar Rp 600 miliar untuk pembangunan proyek tersebut.
 
PPRO akan membangun tiga mal dan satu hotel yang diperkirakan bisa menambah recurring income pada tahun depan. Beberapa mal yang tengah dibangun adalah Grand Kamala Lagoon Mall yang berlokasi di Kalimalang, Bekasi, Jawa Barat yang menelan investasi sebesar Rp 300 miliar.
 
Lalu, ada Grand Sungkono Lagoon Mall di Surabaya, Jawa Timur yang menelan biaya investasi Rp 150 miliar. Sementara itu, Mal Grand Dharmahusada Lagoon yang juga berlokasi di Surabaya membutuhkan investasi sebesar Rp 100 miliar.
 
Selain mal, sumber pendapatan berulang juga akan beasal dari hotel. Pada 2019 perusahaan akan launching Park Hotel Lombok. Pembangunan hotel bintang tiga plus ini membutuhkan dana Rp 150 miliar. "Jadi total investasinya sekitar Rp 700 miliar. Namun, untuk satu tahun penyerapannya sekitar Rp 600 miliar," ujarnya di Jakarta, Selasa (2/8).
 
Saat ini, kontribusi pendapatan berulang dari mal dan hotel baru sekitar 3%-4% terhadap pendapatan PPRO. Perseroan menargetkan, kontribusi pendapatan berulang bisa naik jadi 10%-15% dalam 5 sampai 10 tahun ke depan.
 
Sepanjang semester I 2016, laba bersih PPRO naik 11% dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) menjadi Rp 157,2 miliar.
 
Pertumbuhan tersebut seiring dengan meningkatnya pendapatan sebesar 35,2% menjadi Rp 973,6 miliar. Namun di saat yang sama beban pokok penjualan PPRO melesat 44% dari Rp 494,8 miliar jadi Rp 712,9 miliar membuat pertumbuhan laba bersihnya sedikit tertahan.
 
Pendapatan PPRO berasal dari sektor realti Rp 913 ,6 miliar naik dari 668,7 miliar dan pendapatan properti naik dari Rp 51 miliar jadi Rp 60,1 miliar.