Jumat, 30 September 2016

10 Saham Teratas Pembelian dan Penjualan Asing Bersih Selama Januari - September 2016


Pada akhir penutupan perdagangan 30 September 2016 IHSG ditutup melemah pada level 67,15 poin atau 1,24% ke level 5.364,80. Selama periode Januari - September 2016 tercatat pembelian asing bersih pada PT Kalbe Farma, Tbk (KLBF) sebanyak 903,6 juta lembar saham dengan nilai pembelian bersih 1,34 triliun rupiah, disusul oleh PT Telekomunikasi Indonesia (persero), Tbk (TLKM) sebanyak 884,8 juta lembar saham dengan nilai pembelian bersih 3,7 trilun rupiah.
 
Berikut 10 saham yang mencatat pembelian asing bersih selama periode Januari - September 2016:
 
10 Saham Teratas Pembelian Asing Bersih Selama Periode januari - September 2016
Sementara selama periode Januari - September 2016 tercatat penjualan asing bersih pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (BJTM) sebanyak 831 juta lembar dengan nilai penjualan bersih 516 milyar rupiah, disusul oleh Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk sebanyak 623 juta lembar saham dengan nilai penjualan bersih 1,69 trilun rupiah.
 
Berikut 10 saham yang mencatat penjualan asing bersih selama periode Januari - September 2016:
 
10 Saham Teratas Penjualan Asing Bersih Selama Periode Januari - September 2016
 
 
 

Selasa, 27 September 2016

Bursa akan dibanjiri dana rights issue Rp 14,5 T


Sumber: kontan

JAKARTA. Menjelang tiga bulan terakhir tahun ini, pasar modal masih semarak dengan gelaran rights issue. Emiten mulai memanfaatkan momentum kenaikan IHSG yang biasanya terjadi di akhir tahun. 
 
Noor Rachman, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan, ada sembilan emiten yang sudah mengajukan diri untuk melakukan aksi rights issue dalam waktu dekat. 
 
Nilai emisi yang dibidik mencapai Rp 14,5 triliun. "Di kuartal akhir memang lebih banyak emiten yang memanfaatkan momentum pasar untuk menambah modal," ujar Noor kepada KONTAN, Jumat (23/9). 
 
Nilai rights issue yang cukup besar datang dari tiga emiten BUMN. Ketiga emiten tersebut adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang membidik dana Rp 6,1 triliun, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) yang mengincar Rp 1,87 triliun dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dengan target dana sebesar Rp 1,78 triliun. 
 
WIKA sudah menentukan rentang harga rights issue di Rp 1.525 hingga setinggi-tingginya Rp 2.505 per saham. Dana yang diraih akan digunakan untuk ekspansi proyek infrastruktur pemerintah. 
 
Selain itu, beberapa emiten perbankan juga bakal memperkuat permodalan melalui penerbitan saham baru. Misalnya, PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) yang membidik Rp 1 triliun dari rights issue
Aksi rights issue ini bisa menguntungkan investor ke depan. Investor bisa memanfaatkan bertambahnya saham emiten yang beredar untuk menambah portofolionya. 
 
Lucky Bayu Purnomo, Analis Danareksa Sekuritas, mengatakan, investor sudah bisa mengambil posisi agar bisa menjaring cuan dari hajatan ini. Menurutnya, sektor infrastruktur dan konstruksi masih jadi unggulan.
 
Ia menyebut, investor sudah mulai bisa mengoleksi saham-saham emiten BUMN yang akan rights issue
 
Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan menyarankan investor mencermati emiten yang valuasinya masih murah. Karena itu, Alfred juga menjagokan saham-saham BUMN seperti WIKA dan JSMR. 
 
Saham ini dinilai akan konsisten memberi pertumbuhan jangka panjang. "Harus dicermati juga likuiditasnya. Jangan pilih emiten rights issue yang likuiditasnya kecil," tegas dia. 
 
 

Rabu, 21 September 2016

Potensial Upside Saham JSMR (PT Jasa Marga Persero, Tbk)


Harga saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk dengan kode saham JSMR selama year to date 2016 menunjukan kinerja saham -3,28%. Penurunan harga saham emiten berkode JSMR selama tahun 2016 disebabkan adanya sentiment akan melakukan right issue.
 

 
 
Secara teknikal MACD telah menunjukan golden cross yang mengindikasikan harga rebound dan didukung dengan stochastic yang naik. Candle penutupan tanggal 21 September 2016 membentuk formasi bullish hammer (Baca disini bullish hammer).
 
 
Bagaimana secara fundamental?
 
Last financial date        : 30 Juni 2016
Last closing price date  : 21 September 2016
Last closing price         : Rp 4.860
Last deviden                 : Rp 43
EPS 2016 (TTM)         : Rp 253,22
PER 2016 (TTM)        : 19,19X
PER Low (5yrs)          : 23,10X
PER High (5Yrs)         : 34,16X
Average PER (5Yrs)   : 28,63X
Harga Wajar 2016       : Rp 7.250               
 
 
Selama tahun 2016 JSMR membukukan laba per saham Rp 253,22/Lembar (TTM). Baca disini tentang laba per saham. Mengalami kenaikan sebesar 17,43% disbanding laba per saham tahun 2015 Rp 215,64.
 
Selama 5 tahun terakhir JSMR diperdagangkan pada  PER terendah 23,10X dan PER tertinggi 34,16X. Sehingga JSMR dalam 5 tahun terakhir diperdagangkan pada PER rata-rata 28,63X.  Sehingga nilai wajar JSMR berdasarkan rata-rata PER yang diperdagangkan dalam 5 tahun terakhir Rp 7.250, inilah target price JSMR untuk 2016. Baca disini tentang PER.
 


Selasa, 06 September 2016

Istilah Debt Equity Ratio (DER)



Untuk menjalankan operasional dan ekspansinya perusahaan didanai berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari pinjaman/hutang dan berasal dari modal saham dan atau laba ditahan. Modal saham dan laba ditahan disebut juga sebagai equitas. Pinjaman/hutang bisa berasal dari pemasok yang menjual barangnya secara kredit, pemberi pinjaman seperti bank, dan obligasi yang diterbitkan perusahaan.
 
Kedua sumber pendanaan tersebut akan digunakan perusahaan untuk membeli atau menaikan assetnya, kemudian dari asset tersebut akan digunakan untuk mendanai kegiatan operasional atau modal kerjanya dan ekspansi.
 
Debt to Equity Ratio (DER) mengukur berapa besar perbandingan antara hutang/kewajiban terhadap equitas. Formula Debt to Equity Ratio (DER) bisa digambarkan sebagai berikut :
 
Debt Equity Ratio = Total hutang / Total Equitas.
 
Contoh, ketika perusahaan memiliki total hutang/kewajiban sebesar Rp 600.000,- dan total equitasnya Rp 200.000,- maka Debt to Equity Rationya 300%, artinya total asset perusahaan didanai sebagian besar berasal dari pinjaman atau hutang dan ini memiliki resiko keuangan yang tinggi.
 
Dalam pemilihan saham, saya sendiri akan memilih perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio kurang dari 100%, hal ini karena pendapatan dan pertumbuhan perusahaan tersebut bisa dimaksimalkan untuk pemegang sahamnya. Karena dengan perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio lebih dari 100%, maka pendapatan perusahaan akan terbebani dengan biaya bunga ke pemberi pinjaman dan arus kas juga akan dipakai untuk membayar pokok pinjaman dan bunganya, sehingga pemegang saham menjadi prioritas terakhir dalam penentuan besarnya deviden yang akan dibagikan.
 
Selain alasan diatas perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio yang tinggi sangat berisiko gagal bayar pada saat hutangnya jatuh tempo, hal ini mungkin bisa menyebabkan kebangkrutan. Sebagai pemegang saham tentu akan mendapat prioritas terakhir setelah semua asetnya digunakan untuk membayar hutangnya.  Baca juga pengertian saham
 
Tentu saja untuk menentukan besar atau kecilnya Debt to Equity Ratio anda harus membandingkan dengan perusahaan dalam sector atau industry yang sama. Sehingga memperoleh gambaran mengenai normalnya ratio hutang terhadap equitas diperusahaan yang sedang dianalisis sahamnya.
 
 
 
 
 
 

Jumat, 02 September 2016

Penyebab Harga Saham Berubah

Harga saham mengalami perubahan setiap hari perdagangan sebagai akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran. Jika lebih banyak orang yang ingin membeli (permintaan) saham perusahaan tertentu dibandingkan dengan yang ingin menjualnya (penawaran), maka harga akan cenderung naik. Sebaliknya jika lebih banyak orang yang ingin menjualnya dibandingkan dengan yang ingin membelinya, maka harga akan cenderung turun.
 
Memahami permintaan dan penawaran atas suatu saham itu mudah. Justru yang sulitnya adalah memahami apa yang membuat orang ingin membeli atau menjual saham tertentu. Ada berita positif atau negative apa atas perusahaan terebut.
 
Prinsipnya adalah bahwa perubahan harga saham menunjukan apa yang investor harapkan dari perusahaan tersebut. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan saat ini dan juga harapan investor atas perusahaan terebut dimasa yang akan datang. Harga saham tidak sama dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah Market Kapitalisasi yang diperoleh dari hasil perkalian antara harga saham/lembar dengan jumlah saham yang beredar.
 
Market Kapitalisasi = Harga Saham/lembar X Jumlah saham yang beredar.
 
Contoh, Suatu perusahaan PT ABC Tbk memiliki harga Rp 500/lembar dengan jumlah saham beredar 1,000,000 Lembar, maka maket kapitalisasi atau  nilai perusahaannya Rp 500.000.000,-
 
Sementara Perusahaan PT DEF Tbk memiliki harga Rp 250/lembar dengan jumlah saham beredar 5.000.000 lembar, maka market kapitalisasi atau nilai perusahaannya Rp 1.250.000.000,-
 
Maka bisa disimpulkan perusahaan PT DEF Tbk memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan PT ABC Tbk, meskipun harga saham per lembarnya lebih rendah dibandingkan dengan PT ABC Tbk.
 
factor yang paling penting terhadap nilai perusahaan adalah laba. Laba adalah keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak pernah menghasilkan keuntungan, hampir dipastikan tidak akan bias bertahan lama. Untuk perusahaan public laporan keuangan dikeluarkan 4 kali dalam setiap tahun.  Alasannya adalah para investor dan analis menilai perusahaan didasarkan pada proyeksi laba yang mereka buat. Jika laporan keuangan yang dipublikasikan menghasilkan laba diatas yang mereka harapkan, maka harga saham akan naik. Sebaliknya jika laporan keuangan yang dipublikasikan menghasilkan laba dibawah yang mereka harapkan, maka harga saham akan turun.
Akan tetapi tidak hanya laba perusahaan yang bisa mempengaruhi terhadap harga suatu saham. Tetapi ada rasio-rasio lain yang investor pertimbangkan.
 
Jadi, apa yang menyebabkan harga saham berubah.? Jawabannya tidak ada yang benar-benar mengetahui secara pasti.
 
Jadi, kesimpulan dari bahasan ini adalah:
 
- Permintaan dan penawaran akan mempengaruhi harga saham di pasar.
- Membandingkan harga per lembar perusahaan yang satu dengan yang lainnya tidak memiliki arti apa-apa dan tidak mencerminkan nilai perusahaan.
- Nilai perusahaan atau market kapitalisasi diperoleh dari hasil perkalian harga per lembar saham dengan jumlah saham yang beredar.
- Secara teori laba atau keuntungan adalah yang mempengaruhi penilaian investor atas harga saham suatu perusahaan. Akan tetapi pada prakteknya tidak hanya laba yang mempengaruhi,tetapi ada factor lain yang mempengaruhi investor atas harga saham suatu perusahaan. Sentimen, Sikap dan Harapan investor yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham.
- Banyak teori yang menjelaskan perubahan harga saham, namun sayangnya tidak ada satupun teori yang bisa menjelaskan semuanya.

Baca juga Pengertian saham
 

Pengertian Saham

Pengertian Saham

Saham adalah hak atas asset dan keuntungan perusahaan. Seberapa besar kepemilikan anda diperusahaan, tergantung atas seberapa banyak jumlah saham yang anda miliki.
 
Memiliki saham suatu perusahaan berarti anda adalah salah satu dari pemilik perusahaan. Hal ini berarti anda memiliki hak atau klaim atas bagian dari asset perusahaan tersebut. Saham yang anda miliki akan disimpan secara elektronik di KSEI. Baca Scriptless Trading di Bursa Efek Indonesia.
 
Investor individu seperti saya dan mungkin anda biasanya tidak memiliki pengaruh yang signifikan untuk mempengaruhi atau mengendalikan manajemen perusahaan. Hal ini karena jumlah lembar saham yang dimilikinya pun tidak banyak. Biasanya yang memiliki pengaruh untuk mengendalikan manajemen perusahaan adalah investor institusi dan pengusaha miliarder yang memegang jumlah besar saham.
 
Hak atas keuntungan perusahaan biasanya dibagikan satu tahun sekali dalam bentuk deviden. Baca juga deviden saham. Sementara hak atas asset perusahaan hanya terjadi jika perusahaan dibubarkan atau bangkrut.
 
Mengapa Perusahaan Menerbitkan Saham.?
 
Mengapa para pendiri perusahaan berbaik hati mau membagi keuntungan usahanya kepada ratusan bahkan kepada ribuan orang dari menerbitkan saham untuk dimiliki masyarakat luas.? Alasannya karena ada fase tertentu dimana usaha membutuhkan dana segar untuk kegiatan ekspansi usaha atau tambahan modal kerja.
 
Dengan menerbitkan saham perusahaan tidak perlu membayar bunga atau kewajiban mengembalikan pokoknya. Sementara masyarakat luas atau investor mengharapkan bahwa perusahaan tersebut akan naik nilainya dimasa yang akan datang dan mendapatkan deviden setiap tahunnya.