Dihubungi terpisah, analis PT Binaartha Parama Halimas Tansil mengatakan, secara teknikal, saham-saham grup Astra masih tergolong lebih likuid dibandingkan konglomerasi lain. Di antara anak usaha Astra, saham UNTR masih direkomendasikan beli, jika di bawah Rp 16.500. Selain itu, saham ACST juga direkomendasikan beli pada harga Rp 3.400.
Meski tertekan oleh komoditas tambang, kinerja United Tractors bakal tertolong dengan upaya perseroan menggarap proyek konstruksi, melalui Acset Indonusa. “Dalam perjalanan menuju akhir tahun 2016, saham UNTR dan ACST ditargetkan masing-masing sekitar Rp 19.500 dan Rp 3.900,” kata dia.
Dari Grup Sinarmas, kata Halimas, saham BSDE menjadi pilihan lantaran berbagai sentimen yang bakal mendukung sektor properti, seperti potensi dana repatriasi yang mengalir ke properti serta kebijakan suku bunga kredit yang berpeluang memulihkan penjualan.
Saham BSDE direkomendasikan beli saat terjadi koreksi, atau di posisi Rp 2.200. Target saham BSDE dalam perjalanan hingga akhir tahun ini di posisi Rp 2.500.
Senada dengan Grup Sinarmas, lanjut Halimas, saham properti di Grup Lippo seperti LPKR juga menjadi rekomendasi beli lantaran sentimen yang mendukung sektor tersebut. Saham LPKR direkomendasikan beli di harga Rp 1.160 dengan target akhir tahun Rp 1.300.
Dia menerangkan, untuk Grup Salim, saham INDF tetap pilihan menarik untuk jangka panjang, meskipun posisi harga saat ini sudah terbilang mahal. Sebaiknya, investor menunggu harga INDF di posisi Rp 7.800 untuk mengakumulasi beli. Target saham INDF di akhir tahun berada di posisi Rp 8.800.
Pada kelompok BUMN, Halimas merekomendasikan saham di sektor tambang seperti ANTM dan PTBA. Hal ini lantaran sentimen dari harga komoditas tambang yang diperkirakan bakal pulih tahun ini, dibanding tahun lalu. Selain itu, saham-saham tambang BUMN ini telah terkoreksi dalam akhir tahun lalu.
“Saham ANTM bisa buy pada harga Rp 800-an dengan target akhir tahun Rp 940, Sedangkan PTBA buy di posisi Rp 9.700 dengan target akhir tahun Rp 12.000,” tuturnya.
Untuk kelompok MNC, menurut Halimas, yang menjadi rekomendasi adalah PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Di antara grup konglomerasi lain, MNC dipandang kuat pada bisnis media dengan strategi pengembangan anak usaha dan efisiensinya. Saham BMTR dapat dibeli pada harga Rp 1.100 dengan target akhir tahun Rp 1.250. (fik/ian)
Lihat Ringkasan Kinerja Acset Indonusa Tbk (ACST)
Lihat Ringkasan Kinerja Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
Lihat Ringkasan Kinerja Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
Lihat Ringkasan Kinerja Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Lihat Ringkasan Kinerja Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM)
Lihat Ringkasan Kinerja Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)
Lihat Ringkasan Kinerja Global Mediacom Tbk (BMTR)
Lihat Ringkasan Kinerja Acset Indonusa Tbk (ACST)
Lihat Ringkasan Kinerja Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
Lihat Ringkasan Kinerja Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
Lihat Ringkasan Kinerja Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Lihat Ringkasan Kinerja Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM)
Lihat Ringkasan Kinerja Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)
Lihat Ringkasan Kinerja Global Mediacom Tbk (BMTR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar